Di
mana ada terang, segala perkara akan terpelihara dalam
keadaan yang teratur. Seandainya di Kota Los Angeles tidak
ada terang, betapa gelap dan kacau jadinya. Hayat mengatur dan terang mengendalikan. Dalam hidup gereja
kita tidak memiliki peraturan, tetapi kita memiliki hayat
yang mengatur dan terang yang mengendalikan. Bila
hidup gereja penuh dengan hayat, ia pun penuh dengan
terang. Kemudian
setiap orang dalam gereja diatur oleh hayat batiniah, bukan oleh peraturan
lahiriah; dan setiap orang dikendali dan ditertibkan dalam
terang hayat itu. Di sini, dalam hayat dan dalam
terang, kita disatukan di bawah satu kepala. Dalam Wahyu 21 kita nampak Kepala, Tubuh mengelilingi Kepala, dan
semua bangsa berjalan dalam terang kota itu (Why.
21:24). Ini akan membuat langit baru dan bumi baru menjadi
satu lingkungan yang terang. Sebab itu, dalam langit
baru, bumi baru, dan Yerusalem Baru sebagai pusat,
segala sesuatu akan disatukan di bawah satu kepala di dalam Kristus.
Ini akan menjadi kegenapan dari disatukannya segala
sesuatu di bawah satu kepala di dalam Kristus, yang
dikatakan dalam Efesus 1:10.
God became man so that man may become God in life and nature but not in the Godhead to produce the organism of the Triune God, the Body of Christ, which consummates in the New Jerusalem. (Allah menjadi manusia supaya manusia menjadi Allah dalam hayat dan sifat tetapi bukan dalam ke-Allahan untuk menghasilkan organisme Allah Tritunggal, Tubuh Kristus, yang akan rampung dalam Yerusalem Baru.)
Saturday, October 27, 2012
Efesus Berita 9
Cara Iblis selalu bertindak mendahului Allah; ini adalah satu prinsip dalam Alkitab. Setiap kali Allah ingin melakukan sesuatu, Iblis selalu bertindak mendahului. Sebagai contoh, Alkitab mewahyukan bahwa Allah ingin membangun sebuah kota — Yerusalem Baru. Tetapi kota pertama adalah kota tiruan yang dibangun oleh Iblis. Demikian pula, Allah ingin menanamkan diri-Nya ke dalam manusia dan menyalurkan diri-Nya ke dalam manusia,tetapi sebelum Allah melakukan hal ini, Iblis, musuh-Nya, terlebih dulu datang melakukan usaha tiruan, dengan menginjeksikan dirinya ke dalam manusia. Setelah Allah menciptakan manusia, Dia menempatkan manusia di depan pohon hayat. Hal ini menunjukkan bahwa Allah menghendaki manusia menerima-Nya ke dalam dirinya. Allah tidak pernah tergesa-gesa, Dia selalu rela menunggu. Sebaliknya, Iblis selalu bertindak dengan tergesa-gesa. Dari sini kita perlu belajar bahwa apa pun yang kita lakukan dengan tergesa-gesa, mungkin bukan berasal dari Allah, tetapi dari Iblis. Sebelum Allah menyalurkan diri-Nya ke dalam manusia, Iblis mendahului menginjeksikan dirinya ke dalam manusia, inti ciptaan Allah, dan mengakibatkan runtuhnya segenap ciptaan. Kini, di mana-mana terdapat maut, bukan hayat: di kantor, pabrik, lingkungan perdagangan, sekolah, bahkan di dalam apa yang disebut “gereja”. Karena maut ada di mana-mana dan di dalam apa saja, maka segala sesuatu berada dalam keadaan runtuh. Inilah latar belakang dari pekerjaan Allah menggarapkan diri-Nya ke dalam manusia.
Allah datang untuk menggarapkan diri-Nya ke dalam manusia, bukan ke dalam manusia ciptaan-Nya semula, melainkan ke dalam manusia yang telah diinjeksi oleh Iblis. Karena Iblis dan Allah berada di dalam manusia, maka manusia menjadi sebuah medan perang antara Allah dengan Iblis. Semula, Allah berperang dengan Iblis di alam semesta, namun kini mereka berperang di dalam manusia. Apakah Anda tahu bahwa diri Anda merupakan suatu medan perang, dan ada suatu peperangan antara Allah dengan Iblis sedang berlangsung dengan sengitnya di dalam Anda? Sebagai orang Kristen, dalam batin kita terjadi satu peperangan yang seru. Faktor maut sedang berperang melawan faktor hayat, dan faktor hayat mengalahkan, menundukkan, dan menelan faktor maut.
Sunday, October 21, 2012
Efesus Berita 8
Dalam satu
keluarga, anak-anak adalah pusaka ayahnya. Mungkin seseorang sangat kaya,
tetapi bila ia tidak mempunyai anak, sebenarnya ia sesungguhnya miskin dan akan
menganggap dirinya seperti tidak memiliki apa-apa. Hal ini menunjukkan bahwa
warisan atau pusaka seorang ayah adalah anak-anaknya. Berdasarkan Alkitab,
semakin banyak anak yang kita miliki, semakin kayalah
kita. Tidak ada apa pun yang dapat dibandingkan dengan mereka. Selaku anak-anak
Allah, kita semua adalah warisan Allah. Anugerah yang berlimpah-limpah itu
membuat kita menjadi anak-anak Allah dan warisan- Nya; ia pun membuat Allah
menjadi warisan kita. Dalam satu keluarga, tidak saja anak-anak menjadi warisan
ayahnya, tetapi ayahnya juga menjadi warisan anak-anaknya. Banyak anak dapat
bersaksi bahwa mereka lebih baik kehilangan yang lain daripada kehilangan ayah mereka. Ayah
yang hidup itu merupakan warisan mereka yang terindah. Kita kini sedang dalam
proses menjadi warisan Allah, dan
Allah juga sedang dalam proses menjadi warisan kita. Hal ini dimungkinkan oleh
anugerah Allah yang berlimpah-limpah.
Gereja tidak
berada di bawah apa pun, ia hanya di bawah Kristus sendiri; kita berada di atas
segala-galanya, karena kita adalah Tubuh-Nya, yang melampaui segala-galanya.
Dapatkah Anda berkata dengan yakin bahwa Anda berada di atas Presiden Amerika
dan Ratu Inggris? Boleh jadi Anda tidak memiliki keyakinan itu. Akan tetapi,
saya dapat mengatakan dengan jujur, bila saya dibawa
ke hadapan Presiden Amerika, saya akan merasa bahwa saya berada di atasnya.
Saya berkata demikian bukan karena sombong, sebaliknya saya justru mengenal
fakta kerohanian.
Semakin
bertumbuh dalam hayat, Anda akan semakin memiliki hayat, dan akan semakin
disatukan di bawah satu kepala, sehingga akan semakin diselamatkan dari
tumpukan reruntuhan. Hal ini tidak mungkin digenapkan oleh tangan manusia atau
organisasi. Tidak ada usaha manusia yang bisa membantu penyatuan di bawah satu
kepala dalam kehidupan gereja. Saya tidak dapat membantu Anda, dan Anda pun
tidak dapat membantu saya. Satu-satunya yang dapat membantu adalah pertumbuhan
hayat. Oh, kita perlu bertumbuh dan membantu orang lain bertumbuh! Kita perlu
saling menyuplaikan hayat, dan saling membantu untuk bertumbuh. Jadi, penyatuan
di bawah satu kepala dalam kehidupan gereja mutlak tergantung pada pertumbuhan
hayat.
Tatkala kita
bertumbuh dalam hayat, kita pun memiliki terang hayat. Segala sesuatu akan
teratur, tertib, dan rapi di bawah terang ini. Bila kita tidak memiliki hayat
dan terang, melainkan memiliki maut dan kegelapan, kita akan tetap berada dalam
reruntuhan. Di mana ada maut dan kegelapan, di situ ada reruntuhan.
Sunday, October 14, 2012
Efesus Berita 7
Walaupun Allah menyukai kita
dan menjadikan kita sasaran anugerah-Nya, namun kita
tetap memerlukan penebusan, sebab
Dia adalah Allah yang
adil. Bapa kita yang menyukai kita itu adil,
Dia tidak dapat membiarkan
ketidakbenaran, kesalahan, atau
pelanggaran. Perkara- perkara
semacam itu merupakan penghinaan
terhadap keadilan-Nya. Karena itu,
keadilan-Nya menyebabkan penggenapan penebusan menjadi suatu keharusan.
Penebusan memenuhi tuntutan keadilan
Allah dan menyukakan
Allah. Allah bukan hanya Allah pengasih, Dia pun Allah
yang adil; setiap perkara yang tidak benar tidak disukai-Nya. Setiap
perkara yang berhubungan dengan- Nya harus
dapat memuaskan tuntutan keadilan-Nya. Inilah alasannya, untuk
menyukakan Allah, Anak yang terkasih harus tersalib, demi menggenapkan penebusan dengan sempurna
bagi umat pilihan Allah.
Penebusan adalah perkara yang
telah Kristus genapkan untuk
pelanggaran kita, sedang pengampunan adalah penerapan apa yang
telah Kristus genapkan untuk pelanggaran kita. Penebusan telah
dirampungkan di atas salib, sedang
pengampunan diterapkan pada saat kita percaya Kristus. Penebusan dan
pengampunan sebenarnya adalah
dua ujung dari satu perkara. Kita telah nampak bahwa pengampunan
pelanggaran adalah penebusan yang telah
rampung melalui darah Kristus. Akan
tetapi, untuk perihal ini dipakai dua
istilah, sebab perkara ini
mempunyai dua ujung: ujung yang
dirampungkan di atas salib
dan ujung yang diterapkan di
atas diri kita pada saat kita
percaya. Walaupun penebusan telah rampung di
atas salib tatkala Kristus
mengalirkan darah-Nya, tetapi
pada waktu itu belum diterapkan pada diri
kita. Penerapan baru terjadi ketika kita percaya Kristus dan bertobat terhadap Allah yang adil.
Pada saat itulah, Roh Allah menerapkan penebusan Kristus yang telah rampung di salib itu
ke atas diri kita. Maka, penebusan merupakan penggenapan,
sedang pengampunan merupakan penerapan.
Untuk penggenapan penebusan
yang sejati, perlu darah
yang berasal dari hayat
yang lebih tinggi, yaitu darah
yang sama sekali tidak berdosa. Dari
manakah Allah bisa memperoleh darah semacam ini
di antara umat manusia?
Tidak mungkin, sebab
seluruh umat manusia telah
berdosa. Di antara manusia yang telah jatuh tidak ada darah yang
tanpa dosa. Lagi pula, orang pilihan Allah berjumlah jutaan. Jika suatu kurban
penghapus dosa harus
dipersembahkan untuk setiap orang, tentu harus ada jutaan kurban pula. Maka selain darah yang
sempurna dan tanpa
dosa, perlu pula
ada satu kurban penghapus dosa
yang mampu mencakup jutaan
orang. Hal ini menunjukkan bahwa darah yang olehnya
penebusan dirampungkan bukan hanya harus tanpa dosa, bahkan harus berfungsi almuhit, dapat menebus
jutaan orang pilihan Allah. Hanya Yesus
Kristus yang dapat menjadi kurban
penghapus dosa dengan mengalirkan
darah-Nya yang tanpa dosa bagi
jutaan orang pilihan. Dengan penumpahan darah-Nya yang sekali di salib itu, penebusan kekal
bagi orang pilihan Allah dirampungkan sekali untuk selama-lamanya
(Ibr. 9:28; 10:10,
12).
Sekarang kita perlu meninjau bagaimana Allah memperoleh darah yang
tanpa dosa dan almuhit ini.
Untuk memperoleh darah yang
sedemikian jauh lebih sulit
daripada menciptakan alam
semesta. Untuk menciptakan alam semesta, Allah cukup berfirman. Misalnya Dia berfirman, “Jadilah
terang”, maka terang itu jadi
(Kej. 1:3). Tetapi, penebusan
tidak mungkin terjadi
secara demikian. Allah tidak dapat hanya berfirman, “Jadilah
penebusan.” Untuk menciptakan alam
semesta, Allah tidak memerlukan anugerah, tetapi untuk
merampungkan penebusan, diperlukan kekayaan anugerah Allah.
Jangan lupa Yesus Kristus adalah Allah. Penebusan dilakukan oleh Allah
sendiri. Betapa penebusan memerlukan kekayaan anugerah Allah.
Efesus Berita 6
Pujian Atas Kemuliaan Anugerah Allah
Anugerah, kemuliaan dan pujian.
Anugerah adalah satu persona.
Galatia 2:20 sejajar dengan 1
Korintus 15:10. Galatia 2:20 mengatakan,
“Tetapi
bukan aku, melainkan Kristus”, sedang 1
Korintus 15:10 mengatakan, “Tetapi bukannya aku, melainkan anugerah Allah
yang menyertai aku.” Ini menunjukkan bahwa anugerah adalah Kris
tus itu
sendiri.
“Anugerah Tuhan kita
Yesus Kristus menyertai roh kamu,
Saudara-saudara! Amin” (Gal. 6:18). “Tuhan
menyertai rohmu. Anugerah-Nya
menyertai kamu!” (2 Tim.
4:22). Dalam ayat ini Kristus paralel dengan anugerah. Tuhan Yesus Kristus menyertai roh kita sama
dengan anugerah menyertai
roh kita. Ini menunjukkan bahwa anugerah pada hakekatnya
sama dengan Kristus. Ketika kita memiliki Kristus, kita memiliki anugerah.
Ketika Kristus tiba, anugerah pun tiba.
Inilah sebabnya Yohanes 1:17 mengatakan
bahwa anugerah datang dari Yesus
Kristus, menunjukkan bahwa anugerah agak mirip dengan seseorang.
Anugerah dipersonifikasikan sebagai
seorang manusia. Personifikasi anugerah ini
tak lain ialah Allah sendiri.
Kemuliaan itu adalah ekspresi Allah. Seprinsip dengan ini, Anak Allah
datang sebagai cahaya kemuliaan
Allah yang berarti Dia
adalah ekspresi Allah. Tidak
ada seorang pun yang
pernah melihat Allah, tetapi kita
telah nampak kemuliaan Anak Tunggal-Nya.
Ketika kita menerima anugerah dan menikmati Allah, kita memiliki perasaan mulia, walaupun kita mungkin tidak mempunyai
kata-kata untuk mengekspresikan perasaan
itu. Kadang kala setelah selesai suatu sidang yang indah, kita dipenuhi oleh anugerah dan
kita berkata, “Alangkah
mulianya!” Ini berarti Allah
terekspresi dalam anugerah-Nya.
Bersyukur kepada Allah berarti
kita berterima kasih untuk suatu kebaikan Allah. Tetapi tatkala kita memuji
Allah, itu terutama berarti memuji-Nya atas apa ada-Nya atau
perbuatan-Nya, tidak peduli kita menerima suatu kebaikan dari Dia atau
tidak. Dalam memuji Allah Anda
harus melupakan diri sendiri
dan keluar dari diri sendiri. Ketika Anda benar-benar memuji Allah, seolah-olah diri
Anda sendiri tidak
ada. Anda hanya nampak apa
adanya Allah dan
apa yang Dia
lakukan.
Ketika para malaikat memuji Allah
atas keputraan kita, setan-setan
akan terkejut dan berkata, “Astaga,
orang-orang dosa yang
kita kuasai bisa menjadi
anak-anak Allah!” Bukan hanya para malaikat
memuji Allah atas keputraan
kita, tetapi juga
setiap perkara yang positif dalam alam semesta akan memuji Dia.
Betapa kita perlu memuji Allah atas keputraan!
Saturday, October 6, 2012
Efesus Berita 5
Kita dilahirkan sebagai yang
insani dan alami, tetapi Allah
menghendaki kita menjadi ilahi. Jalan satu-satunya supaya hal
ini dapat terjadi ialah dengan
memasukkan sifat ilahi ke dalam
diri kita dan berbaur dengannya. Dengan jalan inilah
Allah menguduskan kita. Jadi, pengudusan adalah suatu
prosedur untuk mengubah sifat
kita. Tetapi, ini masih bukan
sasarannya. Sasarannya berkaitan dengan
pembentukan. Itulah sebabnya
selain Allah memilih kita
menjadi kudus, Ia
pun perlu menentukan kita dari semula untuk menjadi anak-anak-Nya.
Menjadi kudus adalah masalah
sifat, tetapi menjadi anak-anak
adalah masalah pembentukan. Anak-anak Allah
adalah sekelompok manusia yang
diserupakan dengan suatu bentuk atau rupa tertentu.
Gereja tersusun dari sekelompok
orang yang telah dipisahkan bagi Allah, dijenuhi dengan sifat
Allah, dan dikuduskan sepenuhnya
untuk hidup sebagai anak-anak
Allah. Gereja jelas bukan
sekelompok orang Kristen yang duniawi, yang hidup seperti anak-anak orang dosa. Memalukan sekali jika Anda
mengatakan kelompok orang yang semacam itu
gereja.
Walaupun kita mempunyai
Roh, hayat, dan kedudukan sebagai anak-anak Allah, tetapi
ditinjau dari watak kita, kita masih belum kudus. Karena itu, dalam kehidupan gereja Allah senantiasa membaurkan kita, agar
kita dapat dikuduskan melalui berbaur dengan sifat-Nya.
Kita tidak puas dengan hanya membicarakan gereja, kita ingin
memiliki kehidupan gereja
secara riil. Kehidupan
gereja yang riil terdapat
dalam terpilihnya kita agar menjadi kudus, dan penentuan-Nya atas kita untuk menjadi
anak-anak dengan Roh, hayat,
dan kedudukan. Karena
kita memiliki ketiga hal
tersebut, maka Bapa sering meletakkan kita ke dalam alat pengaduk, agar kita dapat
dikuduskan pada aspek watak.
Subscribe to:
Posts (Atom)