Kita dilahirkan sebagai yang
insani dan alami, tetapi Allah
menghendaki kita menjadi ilahi. Jalan satu-satunya supaya hal
ini dapat terjadi ialah dengan
memasukkan sifat ilahi ke dalam
diri kita dan berbaur dengannya. Dengan jalan inilah
Allah menguduskan kita. Jadi, pengudusan adalah suatu
prosedur untuk mengubah sifat
kita. Tetapi, ini masih bukan
sasarannya. Sasarannya berkaitan dengan
pembentukan. Itulah sebabnya
selain Allah memilih kita
menjadi kudus, Ia
pun perlu menentukan kita dari semula untuk menjadi anak-anak-Nya.
Menjadi kudus adalah masalah
sifat, tetapi menjadi anak-anak
adalah masalah pembentukan. Anak-anak Allah
adalah sekelompok manusia yang
diserupakan dengan suatu bentuk atau rupa tertentu.
Gereja tersusun dari sekelompok
orang yang telah dipisahkan bagi Allah, dijenuhi dengan sifat
Allah, dan dikuduskan sepenuhnya
untuk hidup sebagai anak-anak
Allah. Gereja jelas bukan
sekelompok orang Kristen yang duniawi, yang hidup seperti anak-anak orang dosa. Memalukan sekali jika Anda
mengatakan kelompok orang yang semacam itu
gereja.
Walaupun kita mempunyai
Roh, hayat, dan kedudukan sebagai anak-anak Allah, tetapi
ditinjau dari watak kita, kita masih belum kudus. Karena itu, dalam kehidupan gereja Allah senantiasa membaurkan kita, agar
kita dapat dikuduskan melalui berbaur dengan sifat-Nya.
Kita tidak puas dengan hanya membicarakan gereja, kita ingin
memiliki kehidupan gereja
secara riil. Kehidupan
gereja yang riil terdapat
dalam terpilihnya kita agar menjadi kudus, dan penentuan-Nya atas kita untuk menjadi
anak-anak dengan Roh, hayat,
dan kedudukan. Karena
kita memiliki ketiga hal
tersebut, maka Bapa sering meletakkan kita ke dalam alat pengaduk, agar kita dapat
dikuduskan pada aspek watak.
No comments:
Post a Comment