Hukum Taurat adalah penjaga yang menjaga orang-orang berdosa melalui
menghukum mereka. Jika hukum Taurat tidak menghukum orang, ia tidak dapat
berfungsi sebagai penjaga. Tanpa penyingkapan dan penghukuman hukum Taurat,
kita pun tidak dapat menyadari berapa banyak dosa yang telah kita lakukan
terhadap Allah. Tanpa hukum Taurat, kita akan kehilangan pengaturan atau
pengendalian. Tetapi karena hukum Taurat menghukum kita, kita terjaga olehnya.
Hukum Taurat
membawa kita kepada Kristus. Jangan menganggap hukum Taurat itu terlalu buruk.
Tanpa penyingkapan, penghakiman, penghukuman hukum Taurat siapa yang datang ke
altar? Hukum Taurat sangat berguna.
Kapan saja
kita ingin mematuhi hukum Taurat, hal itu pasti berasal dari daging. Ketika
kita berusaha mematuhi hukum Taurat, kita berada di dalam daging, di bawah
penghukuman.
Jadi, kita
harus selalu berkata, "Terima kasih hukum Taurat, selamat tinggal."
Terima kasih
engkau telah membawaku kepada Kristus, tetapi aku tidak mau tinggal bersamamu.
Kristus
bukan hanya obat bagi kegagalan kita, tetapi juga obat bagi kekurangan kita
akan Kristus.
Dalam memelihara anak-anak, para orang tua Kristen perlu memberikan
hukum Taurat kepada anak-anak mere- ka. Janganlah kita mendahulukan anugerah
kepada mere- ka. Jika kita memberi mereka peraturan-peraturan sesuai
dengan hukum Taurat,
mereka akan dikawal
hukum Taurat bagi Kristus. Jadi, pertama-tama kita harus mem- beri
mereka hukum Taurat dengan tegas. Hukum Taurat akan menyingkapkan, menjaga, dan
melindungi mereka; akan melayani mereka seperti seorang pengawal atau wali
untuk menjaga mereka bagi Kristus.
Jika kita tidak memiliki iman, segala yang dirampungkan pada pihak
Allah akan tetap obyektif dan takkan berkaitan dengan kita secara pribadi. Kita
harus memiliki iman yang berfungsi sebagai kamera yang me- motret pemandangan
anugerah. Iman yang beroperasi sedemikian ini menyiratkan bahwa kita menanggapi
pemandangan ilahi melalui pendengaran, apresiasi, penyeruan, ponerimaan,
penyambutan, ucapan syukur, pujian, dan keluapan.
Iman sebenarnya adalah Allah Tritunggal yang terinfus ke dalam diri
kita. Infusi ini terjadi ketika kita berada di
bawah pemberitaan anugerah dan
mendengar kata-kata anugerah. Tatkala Allah Tritunggal yang telah
melalui proses ini terinfus ke dalam kita, Ia menjadi iman kita. Iman ini
merupakan refleksi anugerah. Karena itu, anugerah dan iman, iman dan anugerah
merupakan kedua ujung dari satu perkara.
No comments:
Post a Comment