Menurut Injil Matius, baptisan membawa orang-orang yang bertobat keluar
dari keadaan lama (usang) mereka dan masuk ke dalam keadaan yang baru, melalui
mengakhiri hayat usang mereka dan menunaskan mereka dengan hayat baru Kristus,
sehingga mereka boleh menjadi umat kerajaan. Ministri rekomendasi (perkenalan)
Yohanes Pembaptis dimulai dengan baptisan pendahuluan, baptisan air. Kini,
setelah Raja surgawi merampungkan ministriNya di bumi, telah melewati proses
kematian dan kebangkitan, dan telah menjadi
Roh pemberi-hayat, Dia
menyuruh murid-murid-Nya membaptis orang-orang yang sudah menjadi murid
ke dalam Allah Tritunggal. Pembaptisan ini memiliki dua aspek: aspek yang kasat
mata dengan air, dan aspek yang tidak kasat mata dengan Roh Kudus (Kis. 2:38,
41; 10:44-48). Aspek yang kasat mata adalah ekspresi, kesaksian dari
aspek yang tidak kasat mata, sedangkan aspek yang tidak kasat mata adalah
realitas dari aspek yang kasat mata. Tanpa baptisan Roh yang tidak kasat mata,
baptisan air yang kasat mata adalah air sia-sia dan tanpa baptisan air yang
kasat mata, baptisan itu bersifat abstrak dan tidak praktis. Kedua aspek ini
diperlukan. Tak lama setelah Tuhan
menyuruh murid-murid membaptis, Dia membaptis mereka
dan seluruh gereja
dalam Roh Kudus (1
Kor. 12:13): bagian
orang Yahudi pada
hari Pentakosta (Kis. 1:5; 2:4), dan bagian orang kafir di rumah
Kornelius (Kis. 11:15-17). Kemudian, berdasarkan fakta itu, murid-murid
membaptis orang-orang yang baru bertobat (Kis. 2:38) bukan hanya ke dalam air,
tetapi juga ke dalam kematian Kristus (Rm. 6:3-4), ke dalam Kristus sendiri
(Gal. 3:27), ke dalam Allah Tritunggal (Mat. 28:19), dan ke dalam Tubuh Kristus
(1 Kor. 12:13). Air yang melambangkan kematian Kristus dengan penguburan-Nya,
dapat dianggap sebagai kubur, yang di dalamnya sejarah usang dari orang yang
dibaptis, diakhiri. Karena kematian Kristus tercakup di dalam Kristus, dan
karena Kristus adalah perwujudan Allah Tritunggal (Kol. 2:9), dan Allah
Tritunggal akhirnya bersatu dengan Tubuh
Kristus, maka membaptis
orang yang baru percaya kedalam kematian Kristus, ke dalam diri Kristus,
ke dalam Allah Tritunggal, dan ke dalam Tubuh Kristus, tidak lain melakukan
satu hal ini: di pihak negatif, mengakhiri hayat usang mereka, dan di pihak
positif, menunaskan mereka dengan hayat baru, hayat kekal Allah Tritunggal,
untuk Tubuh Kristus. Jadi, baptisan yang ditetapkan Tuhan dalam Matius 28:19
adalah untuk membaptis orang keluar dari hayat mereka dan masuk ke dalam hayat
Tubuh bagi Kerajaan Surga.
Baptisan
seharusnya:
- Membaptis
orang ke dalam Nama ilahi
- Membaptis
orang ke dalam Persona yang hidup
- Membaptis
orang ke dalam kematian yang efektif
- Membaptis
orang ke dalam Tubuh Kristus yang hidup (organisme yang hidup)
Jika Kristus bukan Roh pemberi-hayat, tidak mungkin
kita dibaptis ke dalam Kristus. Bagaimana kita dapat dibaptis ke dalam Kristus
jika menurut ajaran Trinitas yang tradisional, Dia hanya duduk di surga? Kalau
kita ingin di- baptis ke dalam Kristus, maka Ia harus menjadi pneuma, udara,
Roh yang mengelilingi kita. Jika kita menganggap Kristus hanyalah Persona yang
berada jauh di surga, kita dapat mempraktekkan baptisan sebagai suatu upacara.
Orang-orang dapat dibaptis tanpa memahami makna baptisan. Namun, kita tidak
dapat dibaptis ke dalam Kristus yang hanya ada
di surga, melainkan dibaptis
ke dalam Kristus yang adalah pneuma, Roh itu.
Hal ini telah dibuktikan dalam 1 Korintus 12:13, di sana dikatakan bahwa di
dalam satu Roh kita telah dibaptis ke dalam satu Tubuh. Roh di sini adalah Allah Tritunggal almuhit yang telah
melalui proses. Dalam Roh itu, Allah Tritunggal yang telah melalui proses, kita
telah dibaptis ke dalam satu Tubuh. Karena itu, untuk dibaptis ke dalam
realitas ilahi yang sedemikian ini, Kristus harus menjadi Roh pemberi-hayat.
Bila kita membaptis orang lain, kita harus memberi tahu mereka bahwa Allah
Tritunggal sebagai Roh pemberi-hayat yang telah melalui proses berada di
sekeliling mereka, dan mereka perlu dibaptis, dicelup ke dalam realitas Persona
ilahi ini.
Jika kita
hendak membaptis orang ke dalam air, airnya harus ada. Jika tidak ada air, maka
baptisannya tidak riil, tidak praktis. Demikian juga, jika kita hendak
membaptis orang ke dalam Kristus, Kristus harus ada, harus tersedia. Jika Kristus hanya ada di
surga dan bukan di sekeliling kita bagaimana mungkin kita dibaptis ke dalam
Dia?