Hanya sekadar menyelamatkan banyak orang dosa dan membuat mereka kudus, rohani, dan menang itu bukanlah kehendak Allah. Menurut perkenan-Nya yang indah, tujuan- Nya ialah menghasilkan banyak anak. Pada akhirnya kita, orang-orang yang ditebus dan dikuduskan, akan menjadi anak-anak Allah dalam kekekalan. Semua orang yang ber- ada di Yerusalem Baru akan disebut anak-anak Allah, bukan sekadar menjadi umat Allah (Why. 21:7). Bahkan pada hari ini kita lebih daripada sekadar umat Allah, kita adalah anak-anak Allah. Untuk menjadi anak-anak Allah secara riil dan praktis, kita sangat perlu Roh itu.
Dalam terang ini mari kita melihat lagi ayat 26. Kita telah nampak bahwa dalam ayat ini Paulus menyebut-nyebut: gila hormat (kemuliaan yang hampa), penantangan, dan kedengkian. Apakah kita hidup oleh Roh dapat diuji dengan ketiga hal ini. Dalam situasi sehari-hari kita yang riil, kita sering sekali gila hormat, menantang, dan men- dengki. Baik dalam kehidupan gereja atau kehidupan ke- luarga, kita perlu menguji kehidupan dan perilaku kita oleh Roh dengan bertanya apakah kita gila hormat, menantang, dan mendengki. Jika Paulus berhenti pada ayat 24 dan 25, masalah hidup oleh Roh dan berperilaku oleh Roh itu seakan-akan menjadi sangat teoritis. Namun, ayat 26 menjadikan hal itu sangat riil. Kata Paulus, “Janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.” Jika kita mau dengan riil menjadi anak- anak Allah, kita harus hidup oleh Roh dan bukan oleh da- ging. Tetapi apakah kita hidup oleh Roh atau oleh daging dapat diuji dengan adanya gila hormat, penantangan, dan kedengkian. Mungkin kita mengira kita sudah hidup oleh Roh itu, tetapi perasaan-perasaan gila hormat dan dengki membuktikan bahwa kita tidak demikian.
No comments:
Post a Comment