Pada dasarnya, keputraan merupakan masalah hayat. Posisi dan hak
tergantung pada hayat. Jika kita ingin menikmati hak keputraan, kita perlu Roh
itu. Di luar Roh itu, tidak mungkin kita dilahirkan dari Allah dan mendapatkan
hayat ilahi. Setelah kita dilahirkan oleh Roh itu, kita perlu Roh itu untuk
bertumbuh dalam hayat. Tanpa Roh itu, kita tidak ada posisi, hak, atau kuasa
keputraan. Semua butir penting mengenai keputraan itu tergantung pada Roh itu.
Berdasarkan Roh itu, kita
memiliki kelahiran ilahi dan
hayat ilahi. Melalui Roh itu, kita bertumbuh dewasa. Karena Roh itu, kita
memiliki posisi, hak, dan kuasa keputraan. Jadi, tanpa Roh itu keputraan akan
sia-sia belaka, hanya sebuah istilah yang kosong. Tetapi, bila Roh itu tiba,
keputraan menjadi riil.
Kita akan memahami sepenuhnya keputraan Allah dalam
hayat, kematangan, posisi, dan hak. Roh keputraan tidak dapat diganti dengan
apa pun, sebaliknya setiap perkara,
khususnya hukum Taurat, harus diganti dengan Roh keputraan.
Kita tidak boleh percaya bahwa Roh Putra adalah satu Persona yang
terpisah dari Putra
itu. Sebenarnya, Roh Putra adalah
bentuk lain dari Putra itu sendiri. Kita telah menunjukkan bahwa Persona yang
telah disalibkan di atas salib adalah Kristus, tetapi Persona yang masuk ke
dalam orang-orang yang percaya adalah Roh itu. Dalam penyaliban untuk penebusan
kita, Persona ini adalah Kristus, tetapi dalam hal berhuni di dalam kita
sebagai hayat, Dia adalah Roh itu. Ketika Sang Putra mati di atas salib, Dia
adalah Kristus, tetapi ketika Dia masuk ke dalam kita, Dia adalah Roh itu.
Pertama-tama Ia datang sebagai Putra, datang di bawah hukum Taurat untuk
membuat kita memenuhi syarat menerima keputraan dan membuka jalan bagi kita
untuk mengambil bagian dalam hak keputraan. Namun, setelah Ia menyelesaikan
pekerjaan itu, dalam kebangkitan Ia menjadi Roh pemberi-hayat dan datang kepada
kita sebagai Roh Putra. Jadi, mula-mula Allah Bapa mengutus Putra-Nya untuk
merampungkan penebusan dan melayak- kan kita menerima hak keputraan. Kemudian,
Ia mengutus Roh itu untuk menghidupkan keputraan dan membuatnya riil dalam
pengalaman kita. Hari ini, keputraan sebenarnya tergantung pada Roh Putra
Allah.
Orang
Kristen: Orang yang memiliki Kristus. Jika tidak memiliki Kristus maka dia
bukanlah orang Kristen. Siapakah anak Allah? Hanya seseorang yang memiliki Anak
Allah. Bagaimana kita bisa memiliki Anak Allah? Hanya dengan Dia diutus sebagai
Roh Anak.
Kita bukan
patung batu yang berkata "O ya, Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam
hati kita, yang berseru, "Ya Abba, ya Bapa." Apa ayat berikutnya."
No comments:
Post a Comment