Antara ciptaan baru dengan ciptaan lama terdapat satu perbedaan
yang mendasar. Hayat dan sifat Allah
tidak tergarap ke dalam ciptaan lama, tetapi ciptaan baru memiliki hayat
dan sifat ilahi. Adam tidak memiliki hayat dan sifat Allah. Kita hanya dapat menerima hayat
dan sifat ilahi melalui percaya
kepada Tuhan Yesus
dan dilahirkan kembali
oleh Roh
itu. Ketika kita percaya kepada
Kristus, hayat dan sifat Allah diberikan kepada kita dan menjadikan kita suatu ciptaan baru.
Yang penting hari ini bukanlah kita bergairah terhadap agama atau
tidak bergairah terhadap agama. Yang penting ialah apakah kita memperhidupkan
ciptaan baru atau tidak. Memperhidupkan ciptaan baru berarti hidup, bertindak,
berperilaku, dan melakukan segala
perkara, besar maupun kecil, dengan unsur Allah. Dalam segala yang kita
lakukan wajiblah kita tidak bertindak dalam diri kita sendiri, melainkan menurut diri kita yang
telah dilahirkan kembali, yang dipenuhi dengan unsur ilahi.
Bahkan percakapan kita dengan orang lain pun
harus oleh unsur ilahi yang ada di
dalam kita. Bila kita merasa kita
berbicara di luar unsur ini, janganlah kita lanjutkan pembicaraan kita. Dalam percakapan sehari-hari, kita tidak seharusnya
berbicara di dalam diri kita sendiri,
melainkan dengan unsur ilahi. Kemudian percakapan kita akan menjadi bagian dari ciptaan baru.
Ketika saya masih muda, saya pernah mendengar seorang penginjil berkata
bahwa ajaran-ajaran Alkitab sama dengan
ajaran etika tertentu. Kemudian ia mengatakan bahwa ajaran itu mengajar kita menghormati orang tua, begitu
pula ajaran Alkitab. Lalu ia menganjuri kami untuk menerima kekristenan, sebab
ajarannya sama dengan ajaran etika itu.
Ketika saya mendengar kata-kata tersebut, saya lalu berkata kepada
diri sendiri, “Kalau betul demikian, mengapa kami harus menerima kekristenan, sedangkan
kami telah memiliki ajaran etika itu?”
Alangkah butanya orang yang mengatakan ajaran etika itu sama dengan ajaran Alkitab!
No comments:
Post a Comment