Saturday, October 27, 2012

Efesus Berita 10

Di mana ada terang, segala perkara akan terpelihara dalam keadaan yang teratur. Seandainya di Kota Los Angeles tidak ada terang, betapa gelap dan kacau jadinya. Hayat mengatur dan terang mengendalikan. Dalam hidup gereja kita tidak memiliki peraturan, tetapi kita memiliki hayat yang mengatur dan terang yang mengendalikan. Bila hidup gereja penuh dengan hayat, ia pun penuh dengan terang. Kemudian setiap orang dalam gereja diatur oleh hayat batiniah, bukan oleh peraturan lahiriah; dan setiap orang dikendali dan ditertibkan dalam terang hayat itu. Di sini, dalam hayat dan dalam terang, kita disatukan di bawah satu kepala. Dalam Wahyu 21 kita nampak Kepala, Tubuh mengelilingi Kepala, dan semua bangsa berjalan dalam terang kota itu (Why. 21:24). Ini akan membuat langit baru dan bumi baru menjadi satu lingkungan yang terang. Sebab itu, dalam langit baru, bumi baru, dan Yerusalem Baru sebagai pusat, segala sesuatu akan disatukan di bawah satu kepala di dalam Kristus. Ini akan menjadi kegenapan dari disatukannya segala sesuatu di bawah satu kepala di dalam Kristus, yang dikatakan dalam Efesus 1:10.

Efesus Berita 9

Cara Iblis selalu bertindak mendahului Allah; ini adalah satu prinsip dalam Alkitab. Setiap kali Allah ingin melakukan sesuatu, Iblis selalu bertindak mendahului. Sebagai contoh, Alkitab mewahyukan bahwa Allah ingin membangun sebuah kota — Yerusalem Baru. Tetapi kota pertama adalah kota tiruan yang dibangun oleh Iblis. Demikian pula, Allah ingin menanamkan diri-Nya ke dalam manusia dan menyalurkan diri-Nya ke dalam manusia,tetapi sebelum Allah melakukan hal ini, Iblis, musuh-Nya, terlebih dulu datang melakukan usaha tiruan, dengan menginjeksikan dirinya ke dalam manusia. Setelah Allah menciptakan manusia, Dia menempatkan manusia di depan pohon hayat. Hal ini menunjukkan bahwa Allah menghendaki manusia menerima-Nya ke dalam dirinya. Allah tidak pernah tergesa-gesa, Dia selalu rela menunggu. Sebaliknya, Iblis selalu   bertindak dengan tergesa-gesa. Dari sini kita perlu belajar bahwa apa pun yang kita  lakukan dengan tergesa-gesa, mungkin bukan berasal dari Allah, tetapi dari Iblis. Sebelum Allah menyalurkan diri-Nya ke dalam manusia, Iblis mendahului menginjeksikan dirinya ke dalam manusia, inti ciptaan Allah, dan mengakibatkan runtuhnya segenap ciptaan. Kini, di mana-mana terdapat maut, bukan hayat: di kantor, pabrik, lingkungan perdagangan, sekolah, bahkan di dalam apa yang disebut “gereja”. Karena maut ada di mana-mana dan di dalam apa saja, maka segala sesuatu berada dalam keadaan runtuh. Inilah latar belakang dari pekerjaan Allah menggarapkan diri-Nya ke dalam manusia.

Allah datang untuk menggarapkan diri-Nya ke dalam manusia, bukan ke dalam manusia ciptaan-Nya semula, melainkan ke dalam manusia yang telah diinjeksi oleh Iblis. Karena Iblis dan Allah berada di dalam manusia, maka manusia menjadi sebuah medan perang antara Allah dengan Iblis. Semula, Allah berperang dengan Iblis di alam semesta, namun kini mereka berperang di dalam manusia. Apakah Anda tahu bahwa diri Anda merupakan suatu medan perang, dan ada suatu peperangan antara Allah dengan Iblis sedang berlangsung dengan sengitnya di dalam Anda? Sebagai orang Kristen, dalam batin kita terjadi satu peperangan yang seru. Faktor maut sedang berperang melawan faktor hayat, dan faktor hayat mengalahkan, menundukkan, dan menelan faktor maut.

Sunday, October 21, 2012

Efesus Berita 8


Dalam satu keluarga, anak-anak adalah pusaka ayahnya. Mungkin seseorang sangat kaya, tetapi bila ia tidak mempunyai anak, sebenarnya ia sesungguhnya miskin dan akan menganggap dirinya seperti tidak memiliki apa-apa. Hal ini menunjukkan bahwa warisan atau pusaka seorang ayah adalah anak-anaknya. Berdasarkan Alkitab, semakin banyak anak yang kita miliki, semakin kayalah kita. Tidak ada apa pun yang dapat dibandingkan dengan mereka. Selaku anak-anak Allah, kita semua adalah warisan Allah. Anugerah yang berlimpah-limpah itu membuat kita menjadi anak-anak Allah dan warisan- Nya; ia pun membuat Allah menjadi warisan kita. Dalam satu keluarga, tidak saja anak-anak menjadi warisan ayahnya, tetapi ayahnya juga menjadi warisan anak-anaknya. Banyak anak dapat bersaksi bahwa mereka lebih baik kehilangan yang lain daripada kehilangan ayah mereka. Ayah yang hidup itu merupakan warisan mereka yang terindah. Kita kini sedang dalam proses menjadi warisan Allah, dan Allah juga sedang dalam proses menjadi warisan kita. Hal ini dimungkinkan oleh anugerah Allah yang berlimpah-limpah.

Gereja tidak berada di bawah apa pun, ia hanya di bawah Kristus sendiri; kita berada di atas segala-galanya, karena kita adalah Tubuh-Nya, yang melampaui segala-galanya. Dapatkah Anda berkata dengan yakin bahwa Anda berada di atas Presiden Amerika dan Ratu Inggris? Boleh jadi Anda tidak memiliki keyakinan itu. Akan tetapi, saya dapat mengatakan dengan jujur, bila saya dibawa ke hadapan Presiden Amerika, saya akan merasa bahwa saya berada di atasnya. Saya berkata demikian bukan karena sombong, sebaliknya saya justru mengenal fakta kerohanian.

Semakin bertumbuh dalam hayat, Anda akan semakin memiliki hayat, dan akan semakin disatukan di bawah satu kepala, sehingga akan semakin diselamatkan dari tumpukan reruntuhan. Hal ini tidak mungkin digenapkan oleh tangan manusia atau organisasi. Tidak ada usaha manusia yang bisa membantu penyatuan di bawah satu kepala dalam kehidupan gereja. Saya tidak dapat membantu Anda, dan Anda pun tidak dapat membantu saya. Satu-satunya yang dapat membantu adalah pertumbuhan hayat. Oh, kita perlu bertumbuh dan membantu orang lain bertumbuh! Kita perlu saling menyuplaikan hayat, dan saling membantu untuk bertumbuh. Jadi, penyatuan di bawah satu kepala dalam kehidupan gereja mutlak tergantung pada pertumbuhan hayat.

Tatkala kita bertumbuh dalam hayat, kita pun memiliki terang hayat. Segala sesuatu akan teratur, tertib, dan rapi di bawah terang ini. Bila kita tidak memiliki hayat dan terang, melainkan memiliki maut dan kegelapan, kita akan tetap berada dalam reruntuhan. Di mana ada maut dan kegelapan, di situ ada reruntuhan.

Sunday, October 14, 2012

Efesus Berita 7


Walaupun Allah  menyukai kita dan  menjadikan kita sasaran  anugerah-Nya, namun  kita  tetap  memerlukan penebusan, sebab Dia  adalah Allah  yang   adil.  Bapa kita yang  menyukai kita itu  adil,  Dia  tidak dapat membiarkan ketidakbenaran, kesalahan, atau  pelanggaran. Perkara- perkara  semacam itu   merupakan  penghinaan  terhadap keadilan-Nya. Karena itu,  keadilan-Nya menyebabkan penggenapan penebusan menjadi suatu keharusan. Penebusan memenuhi tuntutan  keadilan Allah  dan  menyukakan  Allah. Allah   bukan hanya Allah   pengasih, Dia  pun Allah   yang   adil;   setiap perkara yang   tidak benar tidak disukai-Nya. Setiap perkara  yang   berhubungan dengan- Nya   harus  dapat  memuaskan tuntutan   keadilan-Nya. Inilah alasannya,  untuk  menyukakan Allah, Anak yang terkasih harus  tersalib, demi   menggenapkan penebusan dengan sempurna bagi  umat pilihan Allah.

Penebusan adalah perkara yang   telah Kristus genapkan untuk  pelanggaran kita, sedang pengampunan adalah penerapan apa  yang  telah Kristus genapkan untuk pelanggaran kita. Penebusan telah dirampungkan di  atas salib, sedang pengampunan diterapkan pada saat kita percaya Kristus. Penebusan  dan    pengampunan  sebenarnya  adalah  dua ujung dari satu perkara. Kita telah nampak bahwa pengampunan pelanggaran adalah penebusan yang  telah rampung melalui darah  Kristus. Akan tetapi, untuk  perihal ini  dipakai dua  istilah, sebab perkara ini  mempunyai dua ujung: ujung yang  dirampungkan di  atas salib dan  ujung yang  diterapkan di  atas diri  kita pada saat kita percaya. Walaupun penebusan telah rampung di  atas salib tatkala Kristus  mengalirkan darah-Nya, tetapi  pada  waktu  itu belum diterapkan  pada diri  kita. Penerapan baru terjadi ketika kita percaya Kristus dan  bertobat terhadap Allah yang   adil.   Pada saat itulah, Roh  Allah   menerapkan penebusan Kristus yang  telah rampung di  salib itu  ke  atas diri  kita. Maka, penebusan merupakan penggenapan, sedang pengampunan merupakan  penerapan.

Untuk  penggenapan  penebusan  yang sejati, perlu darah  yang   berasal dari  hayat  yang   lebih tinggi, yaitu darah yang  sama sekali tidak berdosa. Dari manakah Allah   bisa   memperoleh darah  semacam ini  di antara  umat  manusia?  Tidak  mungkin,  sebab  seluruh umat  manusia  telah  berdosa. Di  antara  manusia yang telah jatuh tidak ada   darah yang   tanpa dosa.  Lagi  pula, orang pilihan Allah  berjumlah jutaan. Jika suatu kurban penghapus   dosa    harus   dipersembahkan  untuk   setiap orang, tentu harus ada  jutaan kurban pula. Maka selain darah  yang   sempurna  dan   tanpa  dosa,   perlu  pula  ada satu kurban penghapus dosa  yang   mampu mencakup jutaan orang. Hal  ini  menunjukkan bahwa darah yang  olehnya  penebusan dirampungkan bukan hanya harus tanpa dosa,  bahkan harus berfungsi almuhit, dapat menebus jutaan orang pilihan Allah. Hanya Yesus  Kristus yang  dapat menjadi kurban penghapus dosa  dengan mengalirkan darah-Nya yang   tanpa dosa  bagi  jutaan orang pilihan. Dengan penumpahan darah-Nya yang  sekali di salib itu, penebusan kekal bagi  orang pilihan Allah  dirampungkan sekali untuk selama-lamanya (Ibr.  9:28;  10:10,  12).

Sekarang kita perlu meninjau bagaimana Allah  memperoleh darah  yang   tanpa dosa   dan   almuhit ini.  Untuk memperoleh darah yang  sedemikian jauh lebih  sulit daripada  menciptakan  alam  semesta.  Untuk  menciptakan alam semesta, Allah  cukup berfirman. Misalnya Dia  berfirman, “Jadilah terang”,  maka terang itu  jadi  (Kej.  1:3). Tetapi,  penebusan  tidak  mungkin  terjadi  secara  demikian. Allah   tidak dapat hanya berfirman, “Jadilah penebusan.” Untuk  menciptakan  alam  semesta,  Allah   tidak memerlukan anugerah, tetapi untuk merampungkan penebusan, diperlukan kekayaan anugerah Allah.

Jangan lupa Yesus Kristus adalah Allah. Penebusan dilakukan oleh Allah sendiri. Betapa penebusan memerlukan kekayaan anugerah Allah.

Efesus Berita 6


Pujian Atas Kemuliaan Anugerah Allah

Anugerah, kemuliaan dan pujian.

Anugerah adalah satu persona.

Galatia 2:20  sejajar dengan 1 Korintus 15:10. Galatia 2:20  mengatakan, “Tetapi  bukan aku, melainkan Kristus”, sedang  1  Korintus 15:10   mengatakan, “Tetapi bukannya aku, melainkan anugerah Allah yang   menyertai  aku.”  Ini  menunjukkan bahwa anugerah adalah Kris tus  itu  sendiri.

“Anugerah Tuhan  kita  Yesus Kristus menyertai   roh    kamu,   Saudara-saudara!  Amin”    (Gal. 6:18).  “Tuhan menyertai  rohmu.  Anugerah-Nya  menyertai kamu!”  (2  Tim.  4:22).  Dalam ayat ini  Kristus paralel dengan anugerah. Tuhan Yesus  Kristus menyertai roh  kita sama  dengan anugerah  menyertai roh   kita. Ini   menunjukkan bahwa anugerah pada hakekatnya sama dengan Kristus. Ketika kita memiliki Kristus, kita memiliki anugerah. Ketika Kristus tiba, anugerah pun  tiba. Inilah sebabnya Yohanes 1:17  mengatakan bahwa anugerah datang dari Yesus   Kristus, menunjukkan bahwa anugerah agak mirip dengan seseorang. Anugerah dipersonifikasikan sebagai  seorang  manusia.  Personifikasi anugerah  ini   tak lain  ialah Allah  sendiri.

Kemuliaan itu   adalah  ekspresi Allah. Seprinsip dengan ini,  Anak Allah   datang  sebagai cahaya kemuliaan Allah yang   berarti  Dia   adalah  ekspresi  Allah. Tidak  ada   seorang pun   yang   pernah melihat Allah, tetapi  kita telah nampak kemuliaan Anak Tunggal-Nya.

Ketika  kita  menerima anugerah dan  menikmati Allah, kita memiliki perasaan  mulia, walaupun kita mungkin tidak mempunyai kata-kata  untuk mengekspresikan perasaan itu.  Kadang kala setelah selesai  suatu sidang yang  indah, kita dipenuhi oleh  anugerah dan  kita berkata,  “Alangkah mulianya!” Ini  berarti Allah terekspresi  dalam anugerah-Nya.

Bersyukur kepada Allah  berarti kita berterima kasih untuk  suatu  kebaikan Allah. Tetapi tatkala kita memuji Allah, itu  terutama  berarti memuji-Nya atas apa   ada-Nya atau  perbuatan-Nya, tidak peduli kita menerima suatu  kebaikan dari Dia  atau  tidak. Dalam memuji  Allah  Anda  harus melupakan diri  sendiri dan  keluar dari diri  sendiri. Ketika Anda  benar-benar memuji Allah, seolah-olah  diri   Anda    sendiri  tidak  ada.  Anda    hanya nampak  apa   adanya  Allah   dan   apa   yang   Dia   lakukan.

Ketika para malaikat memuji Allah  atas keputraan  kita, setan-setan akan terkejut dan   berkata, “Astaga, orang-orang  dosa  yang  kita kuasai bisa  menjadi anak-anak  Allah!”   Bukan hanya para  malaikat  memuji Allah   atas  keputraan  kita,  tetapi  juga   setiap  perkara yang   positif dalam alam semesta akan  memuji Dia. 

Betapa kita perlu memuji Allah atas keputraan!

Saturday, October 6, 2012

Efesus Berita 5


Kita dilahirkan sebagai yang  insani dan alami, tetapi Allah  menghendaki kita menjadi ilahi. Jalan satu-satunya  supaya hal   ini  dapat terjadi ialah dengan memasukkan sifat ilahi ke  dalam diri   kita dan   berbaur dengannya. Dengan jalan inilah Allah  menguduskan kita. Jadi,  pengudusan adalah  suatu  prosedur untuk  mengubah sifat kita. Tetapi, ini  masih bukan sasarannya. Sasarannya  berkaitan dengan pembentukan. Itulah sebabnya   selain  Allah   memilih kita  menjadi  kudus,  Ia   pun perlu menentukan kita dari semula untuk menjadi anak-anak-Nya. Menjadi kudus  adalah  masalah  sifat,  tetapi menjadi anak-anak adalah masalah pembentukan. Anak-anak Allah  adalah sekelompok manusia yang  diserupakan dengan suatu bentuk atau rupa tertentu.

Gereja tersusun  dari sekelompok orang yang  telah dipisahkan bagi  Allah, dijenuhi dengan  sifat  Allah, dan   dikuduskan  sepenuhnya  untuk hidup sebagai anak-anak  Allah. Gereja jelas  bukan sekelompok orang Kristen  yang   duniawi, yang   hidup seperti anak-anak orang dosa.  Memalukan sekali jika  Anda  mengatakan  kelompok orang yang   semacam itu   gereja.

Walaupun kita mempunyai  Roh,  hayat, dan  kedudukan sebagai anak-anak Allah, tetapi ditinjau dari watak kita, kita masih belum kudus. Karena itu,  dalam kehidupan gereja Allah  senantiasa membaurkan kita,  agar  kita  dapat  dikuduskan melalui berbaur dengan sifat-Nya.

Kita tidak puas dengan hanya membicarakan gereja, kita ingin memiliki  kehidupan  gereja  secara  riil.   Kehidupan  gereja yang   riil   terdapat  dalam terpilihnya kita  agar  menjadi kudus, dan  penentuan-Nya atas kita untuk menjadi anak-anak  dengan Roh,   hayat,  dan   kedudukan.  Karena  kita memiliki ketiga hal  tersebut, maka Bapa sering meletakkan kita ke  dalam alat pengaduk, agar kita dapat dikuduskan pada aspek watak.