Saturday, July 28, 2012

Galatia Berita 30


Paulus sebenarnya bisa bermegah atas banyak hal, tetapi ia hanya bermegah pada kematian Kristus.

Hukum Taurat telah digantikan oleh  Kristus (2:19-20),  dan  sunat telah digenapkan oleh  penyaliban Kristus (6:14).  Sebab itu,  bersunat maupun tidak bersunat tidak ada  artinya, tetapi ciptaan baru, dengan Kristus sebagai hayatnya, baru berarti.

Ciptaan lama, lama karena tidak memiliki elemen Allah; ciptaan baru, baru karena memiliki Allah sebagai elemennya. Ketika Allah tidak ada, semua lama, ketika Allah masuk, semua baru.

Apapun yang dilakukan oleh dunia agama pastilah sesuatu dari ciptaan lama, tetapi melalui salib kita berada di alam lain, di alam baru di mana kita memperhidupkan ciptaan baru dalam roh.

Ciptaan baru ialah ciptaan lama yang telah ditransformasi oleh hayat ilahi, ciptaan lama yang telah ditransformasi oleh Allah Tritunggal yang telah melalui proses.


Galatia Berita 29


Apapun yang kita lakukan adalah menabur, apakah itu kepada daging atau kepada roh. Pada sisi positifnya, jika kita berjalan di dalam roh maka kita menabur bagi roh.

Beberapa penafsir Alkitab mengatakan bahwa  hukum Kristus di sini  mengacu kepada perintah Tuhan agar kita saling mengasihi. Menurut mereka hukum Kristus  adalah hukum kasih. Itu memang benar. Namun kita harus maju ke depan melihat bahwa hukum Kristus adalah hukum hayat yang  lebih  tinggi dan  lebih  baik, yang  bekerja melalui kasih (Rm.  8:2;  Yoh.  13:34).  Hukum kasih, yakni hukum Kristus, adalah hukum hayat. Kasih adalah ekspresi,  tetapi hayat adalah hakiki. Kasih sejati adalah yang berasal dari hayat ilahi. Kasih yang  dilukiskan Paulus dalam  1 Korintus 13  adalah ekspresi hayat ilahi. Selain itu, fakta kasih adalah satu buah dari Roh  itu  menunjukkan bahwa hakiki kasih seharusnya adalah Roh  itu  (Gal.  5:22). Sebenarnya, semua pekerti rohani harus memiliki Roh  itu dan  hayat ilahi sebagai hakikinya. Hukum Kristus, yakni hukum kasih, seharusnya direalisasikan oleh  hayat ilahi. Inilah alasan kita mengatakan bahwa “hukum Kristus” dalam  6:2  menunjukkan  “hukum hayat”. Diekspresikannya hukum hayat oleh  hukum kasih memungkinkan kita bertolong-tolongan menanggung beban. Dengan cara demikianlah  baru kita dapat memenuhi hukum Kristus.

Apa yang kutabur?

Janganlah mengasihi orang lain  dalam daging, tetapi kasihilah mereka dalam RohKalau kita mengasihi orang lain (tidak perlu membencinya) menurut daging, kita akan menuai kebinasaan, itulah akibat dari kasih daging kita. Namun jika  kita mengasihi orang lain dalam Roh,  kita akan menuai hayat yang  kekal.


Sunday, July 22, 2012

Galatia Berita 28


Hanya sekadar menyelamatkan banyak orang dosa  dan membuat mereka kudus, rohani, dan  menang itu  bukanlah kehendak Allah. Menurut perkenan-Nya yang  indah, tujuan- Nya  ialah menghasilkan banyak anak. Pada akhirnya kita, orang-orang yang  ditebus dan  dikuduskan, akan menjadi anak-anak Allah  dalam kekekalan. Semua orang yang  ber- ada  di Yerusalem Baru akan disebut anak-anak Allah, bukan sekadar menjadi umat Allah  (Why.  21:7).  Bahkan pada hari ini  kita lebih  daripada sekadar umat Allah, kita adalah anak-anak  Allah. Untuk menjadi anak-anak  Allah  secara riil  dan  praktis, kita sangat perlu Roh  itu.

Dalam terang ini  mari kita melihat lagi  ayat 26.  Kita telah  nampak bahwa dalam ayat  ini  Paulus menyebut-nyebut: gila hormat (kemuliaan yang  hampa), penantangan, dan  kedengkian. Apakah kita hidup oleh  Roh  dapat diuji dengan ketiga hal  ini.  Dalam situasi sehari-hari kita yang riil,  kita sering sekali gila  hormat, menantang, dan  men- dengki. Baik  dalam kehidupan gereja atau kehidupan ke- luarga, kita  perlu menguji kehidupan dan   perilaku kita oleh  Roh  dengan bertanya apakah kita gila  hormat, menantang, dan  mendengki. Jika Paulus berhenti  pada ayat 24  dan  25,  masalah hidup oleh  Roh  dan  berperilaku oleh Roh  itu  seakan-akan menjadi sangat teoritis. Namun, ayat 26 menjadikan hal  itu  sangat riil.  Kata Paulus, “Janganlah kita gila   hormat, janganlah kita  saling menantang dan saling mendengki.” Jika kita mau dengan riil  menjadi anak- anak Allah, kita harus hidup oleh  Roh  dan  bukan oleh  da- ging.  Tetapi apakah kita hidup oleh  Roh  atau oleh  daging dapat diuji  dengan adanya gila  hormat, penantangan, dan kedengkian. Mungkin kita mengira kita sudah hidup oleh Roh  itu,  tetapi perasaan-perasaan gila  hormat dan  dengki membuktikan bahwa kita tidak demikian. 


Galatia Berita 27


Hukum Taurat berhubungan  dengan daging kita (Rm. 7:5), dan  daging kita berlawanan  dengan Roh  (Gal.  5:17).  Karena itu,  Roh  berlawanan dengan hukum Taurat. Ketika kita hidup menurut Roh  itu, yang  ada  di  dalam roh  kita yang  dilahirkan kembali, kita tidak akan memenuhi keinginan daging (ayat 16).  Ketika kita dipimpin oleh  Roh,  kita tidak berada di bawah hukum Taurat.  Roh   hayatbukan  huruf-huruf  hukum  Taurat, adalah prinsip yang  menuntun, mengatur kehidupan kristiani kita dalam roh  kita yang  dilahirkan kembali. Jika kita hidup oleh  Roh,  dengan otomatis kita akan tidak lagi  berada di  bawah hukum Taurat, sebab Roh  itu  akan memimpin kita meninggalkan hukum harfiah itu.

Perbedaan antara sifat-sifat alamiah dan  buah Roh  itu ialah: sifat alamiah tidak memiliki sesuatu yang  dari Roh itu,  sedang buah Roh  itu  penuh dengan hakiki dan  unsur Roh  ituKetika seseorang hidup menurut  sifat-sifat atau pekerti-pekerti alamiahnya, ia  tidak perlu kembali ke  rohnyaIa  mungkin mengasihi orang lain   atau menyatakan penguasaan dirinya melalui dan  di  dalam dirinya sendiri. Tetapi, jika  kita ingin memiliki berbagai aspek dari buah Roh  itu,  haruslah kita berada di dalam roh  kita. Untuk ini, diri   kita  sama sekali tidak  berguna. Bila kita hidup di dalam Roh  yang  telah berbaur, kita akan memperhidupkan Kristus dalam berbagai aspek, dan  dalam segala corak sifat dan  pekerti rohani.


Sunday, July 15, 2012

Galatia Berita 26


Jika kita telah benar-benar nampak kenikmatan atas Kristus dan  keesaan gereja, kita tidak akan berangan-angan lain. Kita tidak akan memperhatikan opini,  cara, atau praktek  khas macam apa  pun. Sebaliknya, kita hanya memperhatikan kenikmatan atas Kristus dan  keesaan Tubuh.

Sunat merupakan sebuah lambang salib Kristus. Dalam  perlambangan sunat menandakan pengeratan daging. Pengeratan daging sejati dirampungkan oleh  salib. Karena itu,  salib adalah kegenapan dan  realitas lambang sunat. Namun demikian, para penganut agama Yahudi bersikeras mempertahankan praktek sunat, walaupun Kristus telah tersalib. Karena para penganut agama Yahudi itu  bersikeras atas masalah sunat dan  menentang salib, maka mereka menganiaya orang-orang seperti Paulus, yang  mem- beritakan salib Kristus. Paulus mengajarkan bahwa sunat adalah sebuah lambang, atau sebuah bayangan, yang  telah digenapi pada salib Kristus. Karena Kristus sudah tersalib, maka praktek sunat sudah tidak diperlukan lagi.


Galatia Berita 25


Berbagai macam orang Kristen sedikit atau  banyak telah terpisah dari Kristus. Saya bertanya sekali lagi,  “Di manakah orang-orang Kristen yang  setiap saat tinggal di dalam Kristus untuk menikmati kekayaan-Nya? Di manakah kaum beriman yang  tidak terpisah dari Kristus, dan  di manakah orang-orang beriman yang  tidak kehilangan segala manfaat mereka di dalam Kristus?” Orang-orang Kristen di mana-mana telah terpisah dari Kristus, ini  adalah satu fakta yang menyedihkan. Kita harus berdoa, “Tuhan, belas kasihanilah kami dan  berilah kami anugerah, agar kami tidak  terpisah dari-Mu. Kami mau tinggal di dalam-Mu sebagai  persona almuhit untuk menikmati kekayaan-Mu.” Kita bersyukur kepada Tuhan, karena belas kasihan dan  anugerah-Nya, Ia  telah melindungi kita dalam diri-Nya sendiri untuk menikmati kekayaan-Nya.


Sunday, July 8, 2012

Galatia Berita 24


Kita perlu diresapi bahkan dijenuhi oleh Kristus.

Berdasarkan konteks Kitab Galatia, membiarkan rupa Kristus terbentuk di dalam kita berarti membiarkan Dia meresapi diri kita dan menjenuhi bagian-bagian batiniah kita. Ketika Kristus telah menduduki insan batiniah kita sedemikian rupa, tentu rupa-Nya terbentuk di dalam kita.

Membiarkan rupa Kristus terbentuk di dalam kita berarti membiarkan Roh almuhit itu menduduki setiap bagian insan batiniah kita. Hukum Taurat tidak seharusnya diberi ruang apa pun dalam pikiran, emosi, atau tekad kita. Seluruh ruang dalam batin kita harus menjadi milik Kristus. Kita harus membiarkan Kristus menduduki kita sepenuhnya. Ia tidak boleh hanya tersebar ke dalam pikiran, emosi, dan tekad kita saja, tetapi Ia harus benar-benar menjadi pikiran, emosi, dan tekad kita.  Biarlah Kristus menjadi pikiran, keputusan, dan kasih Anda. Biarlah Ia menjadi segala sesuatu Anda. Inilah artinya membiarkan rupa Kristus terbentuk di dalam Anda. Segala sesuatu yang di luar Kristus harus dikurangi, dan Kristus harus menjadi segala sesuatu kita dalam pengalaman kita.

Sebelum kedatangan Kristus, Alkitab tidak memberi tahu kita bahwa Allah bergembira atau berkenan. Namun, ketika Kristus dibaptiskan, Bapa mendeklarasikan : "Inilah Anak-Ku yang  terkasih, kepada-Nyalah Aku  berkenan" (Mat. 3:17). Ketika Tuhan berada di  gunung perubahan bersama tiga orang murid, Bapa juga mengucapkan perkataan serupa (Mat. 17:5). Allah merasa gembira melihat penggenapan kehendak-Nya oleh anugerah, yang sebenarnya adalah satu Persona hidup, Kristus, Anak Allah, perwujudan Allah Tritunggal itu. Persona hidup ini  adalah penggenapan hasrat hati Allah. Benarlah jika dikatakan bahwa penggenapan janji Allah adalah oleh anugerah juga oleh Persona hidup Kristus, sebab Persona hidup ini adalah anugerah itu sendiri.

Jika Kristus bukan Roh Pemberi-hayat yang berhuni di dalam kita, kita tidak dapat menjadi satu dengan Dia, dan mustahil bagi-Nya untuk menggarapkan semua kekayaan ke-Allahan ke dalam diri kita. Bagaimana Kristus dapat hidup di dalam kita dan terbentuk di dalam kita kalau Ia hanya sebagai Persona obyektif yang duduk di surga di sebelah kanan Bapa, sebagai Persona yang terpisah dari Bapa dan Roh itu? Itu sama sekali mustahil! Kristus yang sedemikian pasti tidak dapat diwahyukan ke dalam kita, hidup di dalam kita, atau terbentuk di dalam kita. Jika semuanya itu ingin menjadi pengalaman kita, Kristus harus menjadi Roh pemberi-hayat. Puji Tuhan, karena anugerah yang kita nikmati adalah Kristus, dan Kristus adalah Roh Pemberi-hayat!


Thursday, July 5, 2012

Galatia Berita 23


Kristus dinyatakan (revealed) di dalam kita, Kristus hidup di dalam kita, Kristus terbentuk di dalam kita.

Paulus sedang menderita sakit bersalin, agar Kristus dapat terbentuk di dalam orang-orang Galatia. Kristus, persona yang hidup, adalah titik pusat Injil Paulus. Pemberitaan Paulus, yang sangat besar perbedaannya dengan pengajaran hukum Taurat yang tertulis, adalah untuk melahirkan Kristus, Anak Allah yang hidup, di dalam kaum beriman. Sebab itu, Kitab Galatia secara tegas berpusat pada Kristus. Kristus disalibkan (3:1) untuk menebus kita dari kutukan hukum Taurat (3:13), menyelamatkan kita dari arus agama dunia yang jahat (1:4); dan Dia telah dibangkitkan dari kematian (1:1) sehingga Dia dapat tinggal di dalam kita (2:20). Kita dibaptis ke dalam Dia, disatu- kan dengan Dia, dan telah mengenakan Dia, berjubahkan Dia  (3:27).  Demikiankita  di  dalam  Dia  (3:28)  menjadi milik-Nya (3:29; 5:24). Di pihak lain, Dia telah dinyatakan di dalam kita (1: 16). Sekarang Dia tinggal di dalam kita (2:20), dan Dia akan dibentuk di dalam kita (4:19). BagiNya, hukum Taurat telah menuntun kita (3:24), dan di dalam Dia kita semua adalah anak-anak Allah (3:26). Di dalam Dia kita mewarisi berkat yang dijanjikan Allah, dan menikmati Roh yang almuhit (3:14). Selain itu, di dalam Dia kita semua satu (3:28). Kita tidak boleh kehilangan semua manfaat dari-Nya dan karena itu terlepas dari-Nya (6:4). Kita memerlukan Dia menyuplai kita dengan anugerah-Nya di dalam roh kita (6:18), sehingga kita dapat memperhidupkan Dia.

Menyuplaikan Kristus kepada orang lain bukanlah hal yang mudah dilakukan, hal ini kerap menuntut kita menderita dan bergumul. Menyuplaikan Kristus jauh lebih sulit daripada melakukan pekerjaan kristiani biasa. Jika Anda ingin memikul beban dan dengan hati yang tulus menyuplaikan Kristus kepada orang lain, Anda akan mengetahui susah payah dan penderitaan apa yang harus Anda alami. Anda harus bersusah payah laksana seorang ibu yang melahirkan anak.

Sasaran pelayanan kita dalam gereja atau dalam ministri haruslah menyuplaikan Kristus kepada orang lain. Hanya mengatakan kita dapat memberitakan Injil saja itu tidak cukup, sebab kita mungkin memberitakan Injil tanpa menyuplaikan Kristus kepada orang lain. Beban kita haruslah menyuplaikan Kristus kepada orang lain. Sekali lagi saya katakan bahwa hal ini memerlukan susah payah dan penderitaan. Hal ini memerlukan doa, kesabaran, dan kasih sayang. Menurut pengalaman kita, pelayanan yang sedemikian merupakan suatu peperangan, pergumulan. Si licik, musuh Allah, aktif sekali berusaha menghalangi kita atau menyelewengkan kita.  Kita  tidak  mengetahui dari  arah mana ia akan menyerang kita selanjutnya. Karena itu, kita harus belajar dari Paulus untuk berbeban menyuplaikan Kristus serta meminta kasih dari kaum saleh, agar hati mereka dapat terjamah.

Sunday, July 1, 2012

Galatia Berita 22


Pada dasarnya, keputraan merupakan masalah hayat. Posisi dan hak tergantung pada hayat. Jika kita ingin menikmati hak keputraan, kita perlu Roh itu. Di luar Roh itu, tidak mungkin kita dilahirkan dari Allah dan mendapatkan hayat ilahi. Setelah kita dilahirkan oleh Roh itu, kita perlu Roh itu untuk bertumbuh dalam hayat. Tanpa Roh itu, kita tidak ada posisi, hak, atau kuasa keputraan. Semua butir penting mengenai keputraan itu tergantung pada Roh itu. Berdasarkan Roh  itu,  kita  memiliki kelahiran ilahi  dan hayat ilahi. Melalui Roh itu, kita bertumbuh dewasa. Karena Roh itu, kita memiliki posisi, hak, dan kuasa keputraan. Jadi, tanpa Roh itu keputraan akan sia-sia belaka, hanya sebuah istilah yang kosong. Tetapi, bila Roh itu tiba, keputraan  menjadi  riil.  Kita  akan  memahami sepenuhnya keputraan Allah dalam hayat, kematangan, posisi, dan hak. Roh keputraan tidak dapat diganti dengan apa pun, sebaliknya  setiap  perkara,  khususnya hukum  Taurat,  harus diganti dengan Roh keputraan.

Kita tidak boleh percaya bahwa Roh Putra adalah satu Persona  yang  terpisah  dari  Putra  itu.  Sebenarnya, Roh Putra adalah bentuk lain dari Putra itu sendiri. Kita telah menunjukkan bahwa Persona yang telah disalibkan di atas salib adalah Kristus, tetapi Persona yang masuk ke dalam orang-orang yang percaya adalah Roh itu. Dalam penyaliban untuk penebusan kita, Persona ini adalah Kristus, tetapi dalam hal berhuni di dalam kita sebagai hayat, Dia adalah Roh itu. Ketika Sang Putra mati di atas salib, Dia adalah Kristus, tetapi ketika Dia masuk ke dalam kita, Dia adalah Roh itu. Pertama-tama Ia datang sebagai Putra, datang di bawah hukum Taurat untuk membuat kita memenuhi syarat menerima keputraan dan membuka jalan bagi kita untuk mengambil bagian dalam hak keputraan. Namun, setelah Ia menyelesaikan pekerjaan itu, dalam kebangkitan Ia menjadi Roh pemberi-hayat dan datang kepada kita sebagai Roh Putra. Jadi, mula-mula Allah Bapa mengutus Putra-Nya untuk merampungkan penebusan dan melayak- kan kita menerima hak keputraan. Kemudian, Ia mengutus Roh itu untuk menghidupkan keputraan dan membuatnya riil dalam pengalaman kita. Hari ini, keputraan sebenarnya tergantung pada Roh Putra Allah.

Orang Kristen: Orang yang memiliki Kristus. Jika tidak memiliki Kristus maka dia bukanlah orang Kristen. Siapakah anak Allah? Hanya seseorang yang memiliki Anak Allah. Bagaimana kita bisa memiliki Anak Allah? Hanya dengan Dia diutus sebagai Roh Anak.

Kita bukan patung batu yang berkata "O ya, Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru, "Ya Abba, ya Bapa."   Apa ayat berikutnya." 

Galatia Berita 21


Menurut Injil Matius, baptisan membawa orang-orang yang bertobat keluar dari keadaan lama (usang) mereka dan masuk ke dalam keadaan yang baru, melalui mengakhiri hayat usang mereka dan menunaskan mereka dengan hayat baru Kristus, sehingga mereka boleh menjadi umat kerajaan. Ministri rekomendasi (perkenalan) Yohanes Pembaptis dimulai dengan baptisan pendahuluan, baptisan air. Kini, setelah Raja surgawi merampungkan ministriNya di bumi, telah melewati proses kematian dan kebangkitan, dan  telah  menjadi  Roh  pemberi-hayat,  Dia  menyuruh murid-murid-Nya membaptis orang-orang yang sudah menjadi murid ke dalam Allah Tritunggal. Pembaptisan ini memiliki dua aspek: aspek yang kasat mata dengan air, dan aspek yang tidak kasat mata dengan Roh Kudus (Kis. 2:38,
41; 10:44-48). Aspek yang kasat mata adalah ekspresi, kesaksian dari aspek yang tidak kasat mata, sedangkan aspek yang tidak kasat mata adalah realitas dari aspek yang kasat mata. Tanpa baptisan Roh yang tidak kasat mata, baptisan air yang kasat mata adalah air sia-sia dan tanpa baptisan air yang kasat mata, baptisan itu bersifat abstrak dan tidak praktis. Kedua aspek ini diperlukan. Tak lama  setelah Tuhan menyuruh murid-murid membaptis, Dia  membaptis  mereka  dan  seluruh  gereja  dalam  Roh Kudus  (1  Kor.  12:13):  bagian  orang  Yahudi  pada  hari Pentakosta (Kis. 1:5; 2:4), dan bagian orang kafir di rumah Kornelius (Kis. 11:15-17). Kemudian, berdasarkan fakta itu, murid-murid membaptis orang-orang yang baru bertobat (Kis. 2:38) bukan hanya ke dalam air, tetapi juga ke dalam kematian Kristus (Rm. 6:3-4), ke dalam Kristus sendiri (Gal. 3:27), ke dalam Allah Tritunggal (Mat. 28:19), dan ke dalam Tubuh Kristus (1 Kor. 12:13). Air yang melambangkan kematian Kristus dengan penguburan-Nya, dapat dianggap sebagai kubur, yang di dalamnya sejarah usang dari orang yang dibaptis, diakhiri. Karena kematian Kristus tercakup di dalam Kristus, dan karena Kristus adalah perwujudan Allah Tritunggal (Kol. 2:9), dan Allah Tritunggal akhirnya bersatu  dengan  Tubuh  Kristus,  maka  membaptis  orang yang baru percaya kedalam kematian Kristus, ke dalam diri Kristus, ke dalam Allah Tritunggal, dan ke dalam Tubuh Kristus, tidak lain melakukan satu hal ini: di pihak negatif, mengakhiri hayat usang mereka, dan di pihak positif, menunaskan mereka dengan hayat baru, hayat kekal Allah Tritunggal, untuk Tubuh Kristus. Jadi, baptisan yang ditetapkan Tuhan dalam Matius 28:19 adalah untuk membaptis orang keluar dari hayat mereka dan masuk ke dalam hayat Tubuh bagi Kerajaan Surga.

Baptisan seharusnya:
  1. Membaptis orang ke dalam Nama ilahi
  1. Membaptis orang ke dalam Persona yang hidup
  1. Membaptis orang ke dalam kematian yang efektif
  1. Membaptis orang ke dalam Tubuh Kristus yang hidup (organisme yang hidup)

Jika Kristus bukan Roh pemberi-hayat, tidak mungkin kita dibaptis ke dalam Kristus. Bagaimana kita dapat dibaptis ke dalam Kristus jika menurut ajaran Trinitas yang tradisional, Dia hanya duduk di surga? Kalau kita ingin di- baptis ke dalam Kristus, maka Ia harus menjadi pneuma, udara, Roh yang mengelilingi kita. Jika kita menganggap Kristus hanyalah Persona yang berada jauh di surga, kita dapat mempraktekkan baptisan sebagai suatu upacara. Orang-orang dapat dibaptis tanpa memahami makna baptisan. Namun, kita tidak dapat dibaptis ke dalam Kristus yang hanya ada  di  surga, melainkan dibaptis ke  dalam Kristus yang adalah pneuma, Roh itu. Hal ini telah dibuktikan dalam 1 Korintus 12:13, di sana dikatakan bahwa di dalam satu Roh kita telah dibaptis ke dalam satu Tubuh. Roh di sini  adalah Allah Tritunggal almuhit yang telah melalui proses. Dalam Roh itu, Allah Tritunggal yang telah melalui proses, kita telah dibaptis ke dalam satu Tubuh. Karena itu, untuk dibaptis ke dalam realitas ilahi yang sedemikian ini, Kristus harus menjadi Roh pemberi-hayat. Bila kita membaptis orang lain, kita harus memberi tahu mereka bahwa Allah Tritunggal sebagai Roh pemberi-hayat yang telah melalui proses berada di sekeliling mereka, dan mereka perlu dibaptis, dicelup ke dalam realitas Persona ilahi ini.

Jika kita hendak membaptis orang ke dalam air, airnya harus ada. Jika tidak ada air, maka baptisannya tidak riil, tidak praktis. Demikian juga, jika kita hendak membaptis orang ke dalam Kristus, Kristus harus ada,  harus tersedia. Jika Kristus hanya ada di surga dan bukan di sekeliling kita bagaimana mungkin kita dibaptis ke dalam Dia?