Sunday, July 1, 2012

Galatia Berita 22


Pada dasarnya, keputraan merupakan masalah hayat. Posisi dan hak tergantung pada hayat. Jika kita ingin menikmati hak keputraan, kita perlu Roh itu. Di luar Roh itu, tidak mungkin kita dilahirkan dari Allah dan mendapatkan hayat ilahi. Setelah kita dilahirkan oleh Roh itu, kita perlu Roh itu untuk bertumbuh dalam hayat. Tanpa Roh itu, kita tidak ada posisi, hak, atau kuasa keputraan. Semua butir penting mengenai keputraan itu tergantung pada Roh itu. Berdasarkan Roh  itu,  kita  memiliki kelahiran ilahi  dan hayat ilahi. Melalui Roh itu, kita bertumbuh dewasa. Karena Roh itu, kita memiliki posisi, hak, dan kuasa keputraan. Jadi, tanpa Roh itu keputraan akan sia-sia belaka, hanya sebuah istilah yang kosong. Tetapi, bila Roh itu tiba, keputraan  menjadi  riil.  Kita  akan  memahami sepenuhnya keputraan Allah dalam hayat, kematangan, posisi, dan hak. Roh keputraan tidak dapat diganti dengan apa pun, sebaliknya  setiap  perkara,  khususnya hukum  Taurat,  harus diganti dengan Roh keputraan.

Kita tidak boleh percaya bahwa Roh Putra adalah satu Persona  yang  terpisah  dari  Putra  itu.  Sebenarnya, Roh Putra adalah bentuk lain dari Putra itu sendiri. Kita telah menunjukkan bahwa Persona yang telah disalibkan di atas salib adalah Kristus, tetapi Persona yang masuk ke dalam orang-orang yang percaya adalah Roh itu. Dalam penyaliban untuk penebusan kita, Persona ini adalah Kristus, tetapi dalam hal berhuni di dalam kita sebagai hayat, Dia adalah Roh itu. Ketika Sang Putra mati di atas salib, Dia adalah Kristus, tetapi ketika Dia masuk ke dalam kita, Dia adalah Roh itu. Pertama-tama Ia datang sebagai Putra, datang di bawah hukum Taurat untuk membuat kita memenuhi syarat menerima keputraan dan membuka jalan bagi kita untuk mengambil bagian dalam hak keputraan. Namun, setelah Ia menyelesaikan pekerjaan itu, dalam kebangkitan Ia menjadi Roh pemberi-hayat dan datang kepada kita sebagai Roh Putra. Jadi, mula-mula Allah Bapa mengutus Putra-Nya untuk merampungkan penebusan dan melayak- kan kita menerima hak keputraan. Kemudian, Ia mengutus Roh itu untuk menghidupkan keputraan dan membuatnya riil dalam pengalaman kita. Hari ini, keputraan sebenarnya tergantung pada Roh Putra Allah.

Orang Kristen: Orang yang memiliki Kristus. Jika tidak memiliki Kristus maka dia bukanlah orang Kristen. Siapakah anak Allah? Hanya seseorang yang memiliki Anak Allah. Bagaimana kita bisa memiliki Anak Allah? Hanya dengan Dia diutus sebagai Roh Anak.

Kita bukan patung batu yang berkata "O ya, Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru, "Ya Abba, ya Bapa."   Apa ayat berikutnya." 

No comments: