Sunday, July 1, 2012

Galatia Berita 21


Menurut Injil Matius, baptisan membawa orang-orang yang bertobat keluar dari keadaan lama (usang) mereka dan masuk ke dalam keadaan yang baru, melalui mengakhiri hayat usang mereka dan menunaskan mereka dengan hayat baru Kristus, sehingga mereka boleh menjadi umat kerajaan. Ministri rekomendasi (perkenalan) Yohanes Pembaptis dimulai dengan baptisan pendahuluan, baptisan air. Kini, setelah Raja surgawi merampungkan ministriNya di bumi, telah melewati proses kematian dan kebangkitan, dan  telah  menjadi  Roh  pemberi-hayat,  Dia  menyuruh murid-murid-Nya membaptis orang-orang yang sudah menjadi murid ke dalam Allah Tritunggal. Pembaptisan ini memiliki dua aspek: aspek yang kasat mata dengan air, dan aspek yang tidak kasat mata dengan Roh Kudus (Kis. 2:38,
41; 10:44-48). Aspek yang kasat mata adalah ekspresi, kesaksian dari aspek yang tidak kasat mata, sedangkan aspek yang tidak kasat mata adalah realitas dari aspek yang kasat mata. Tanpa baptisan Roh yang tidak kasat mata, baptisan air yang kasat mata adalah air sia-sia dan tanpa baptisan air yang kasat mata, baptisan itu bersifat abstrak dan tidak praktis. Kedua aspek ini diperlukan. Tak lama  setelah Tuhan menyuruh murid-murid membaptis, Dia  membaptis  mereka  dan  seluruh  gereja  dalam  Roh Kudus  (1  Kor.  12:13):  bagian  orang  Yahudi  pada  hari Pentakosta (Kis. 1:5; 2:4), dan bagian orang kafir di rumah Kornelius (Kis. 11:15-17). Kemudian, berdasarkan fakta itu, murid-murid membaptis orang-orang yang baru bertobat (Kis. 2:38) bukan hanya ke dalam air, tetapi juga ke dalam kematian Kristus (Rm. 6:3-4), ke dalam Kristus sendiri (Gal. 3:27), ke dalam Allah Tritunggal (Mat. 28:19), dan ke dalam Tubuh Kristus (1 Kor. 12:13). Air yang melambangkan kematian Kristus dengan penguburan-Nya, dapat dianggap sebagai kubur, yang di dalamnya sejarah usang dari orang yang dibaptis, diakhiri. Karena kematian Kristus tercakup di dalam Kristus, dan karena Kristus adalah perwujudan Allah Tritunggal (Kol. 2:9), dan Allah Tritunggal akhirnya bersatu  dengan  Tubuh  Kristus,  maka  membaptis  orang yang baru percaya kedalam kematian Kristus, ke dalam diri Kristus, ke dalam Allah Tritunggal, dan ke dalam Tubuh Kristus, tidak lain melakukan satu hal ini: di pihak negatif, mengakhiri hayat usang mereka, dan di pihak positif, menunaskan mereka dengan hayat baru, hayat kekal Allah Tritunggal, untuk Tubuh Kristus. Jadi, baptisan yang ditetapkan Tuhan dalam Matius 28:19 adalah untuk membaptis orang keluar dari hayat mereka dan masuk ke dalam hayat Tubuh bagi Kerajaan Surga.

Baptisan seharusnya:
  1. Membaptis orang ke dalam Nama ilahi
  1. Membaptis orang ke dalam Persona yang hidup
  1. Membaptis orang ke dalam kematian yang efektif
  1. Membaptis orang ke dalam Tubuh Kristus yang hidup (organisme yang hidup)

Jika Kristus bukan Roh pemberi-hayat, tidak mungkin kita dibaptis ke dalam Kristus. Bagaimana kita dapat dibaptis ke dalam Kristus jika menurut ajaran Trinitas yang tradisional, Dia hanya duduk di surga? Kalau kita ingin di- baptis ke dalam Kristus, maka Ia harus menjadi pneuma, udara, Roh yang mengelilingi kita. Jika kita menganggap Kristus hanyalah Persona yang berada jauh di surga, kita dapat mempraktekkan baptisan sebagai suatu upacara. Orang-orang dapat dibaptis tanpa memahami makna baptisan. Namun, kita tidak dapat dibaptis ke dalam Kristus yang hanya ada  di  surga, melainkan dibaptis ke  dalam Kristus yang adalah pneuma, Roh itu. Hal ini telah dibuktikan dalam 1 Korintus 12:13, di sana dikatakan bahwa di dalam satu Roh kita telah dibaptis ke dalam satu Tubuh. Roh di sini  adalah Allah Tritunggal almuhit yang telah melalui proses. Dalam Roh itu, Allah Tritunggal yang telah melalui proses, kita telah dibaptis ke dalam satu Tubuh. Karena itu, untuk dibaptis ke dalam realitas ilahi yang sedemikian ini, Kristus harus menjadi Roh pemberi-hayat. Bila kita membaptis orang lain, kita harus memberi tahu mereka bahwa Allah Tritunggal sebagai Roh pemberi-hayat yang telah melalui proses berada di sekeliling mereka, dan mereka perlu dibaptis, dicelup ke dalam realitas Persona ilahi ini.

Jika kita hendak membaptis orang ke dalam air, airnya harus ada. Jika tidak ada air, maka baptisannya tidak riil, tidak praktis. Demikian juga, jika kita hendak membaptis orang ke dalam Kristus, Kristus harus ada,  harus tersedia. Jika Kristus hanya ada di surga dan bukan di sekeliling kita bagaimana mungkin kita dibaptis ke dalam Dia?

No comments: