Saturday, October 6, 2012

Efesus Berita 4


Ia   membuat  kita  kudus  dengan menyalurkan  diri-Nya   sendiri,  Sang  Kudus, ke  dalam diri   kita, sehingga seluruh diri   kita diresapi dan   dijenuhi dengan sifat kudus-Nya. Bagi  kita,  kaum pilihan Allah, menjadi kudus berarti mengambil bagian dalam sifat ilahi Allah  (2  Ptr.1:4),  dan   membiarkan seluruh diri   kita diresapi dengan Allah  sendiri. Ini  berbeda dengan sekadar sempurna tanpa  dosa   atau  murni tanpa dosa.   Ini   membuat diri   kita kudus  dalam  sifat  dan    karakter   Allah,  sama  seperti Allah  sendiri.

Ingatlah,  hanya  Allah yang  kudus. Jika Anda  tidak berhubungan dengan Allah, Anda   tidak kudus; tidak peduli betapa Anda   tanpa dosa atau sempurna. Anda  mungkin tanpa dosa  dan  sempurna seluruhnya, tetapi bila  Anda   tidak berhubungan dengan Allah, Anda   tidak kudus. Begitu Anda   berhubungan dengan Allah, Anda  segera menjadi kudus.

Bila  Allah   masuk ke dalam kita, kita menjadi kudus. Bila  kita masuk ke  dalam   Allah, kita  menjadi lebih   kudus. Tetapi ketika kita berbaur  dengan Allah, kita  akan  menjadi paling kudus. Jadi, kita menjadi kudus oleh  adanya Allah  di dalam kita, kita menjadi lebih   kudus dengan berada di  dalam Allah, dan   kita  menjadi  paling  kudus  dengan  dibaurkan,  diresapi, dan  dijenuhi oleh  Allah.

Dikuduskan  mula-mula berarti dipisahkan  kepada Allah;   kedua berarti  diterima Allah; ketiga  berarti  dimiliki Allah;   dan   keempat  berarti  diresapi Allah  dan  disatukan  dengan Allah. Akhirnya, hasil dari perkara ini  dalam Alkitab adalah  Yerusalem Baru, yang  disebut kota kudus, sebuah kota yang  bukan hanya milik Allah   dan   untuk  Allah, tetapi  diresapi Allah, dan bersatu dengan Allah. Yerusalem Baru adalah satu  perwujudan kudus yang   dimiliki Allah, diduduki  Allah, diresapi Allah, dan   yang   bersatu  dengan Allah. Inilah kekudusan.

No comments: